jump to navigation

Produk-Produk Sehat & Aman 20 February 2011

Posted by arcello in Uncategorized.
5 comments

Mencuci Baju, Urusan Suami kah ? 7 June 2011

Posted by arcello in Uncategorized.
6 comments

Jaman sekarang berbeda dengan jaman dahulu.

Dulu para istri lebih memilih peran sebagai ibu rumah tangga, alias ngurusi rumah dan anak-anak. Sedangkan para suami bekerja keras sebagai penyokong ekonomi keluarga.

Sekarang, para istri pun sudah banyak yang pinter cari duit. Dan seperti teori sebab akibat, maka urusan rumah dan anak-anak juga harus dipegang oleh suami dan istri. Tak pelak lagi, para suami diharuskan memiliki setidaknya pemahaman atau pengertian tentang seluk beluk rumah tangga dan tetek bengek’nya.

Salah satunya adalah urusan mencuci baju. Hihihi….lucu memang kalau mendengar kalimat dari seorang istri : urusan mencuci baju mah saya serahkan ke suami aja atuh. Bukan seperti itu yang saya maksudkan.

Seperti yang saya utarakan di atas, bahwa jaman sekarang urusan rumah tangga sudah menjadi urusan berdua, antara suami dan istri. Jadi tidak melulu 100 % menjadi tanggung jawab sang istri seorang. Urusan mencuci baju, suami juga punya andil di dalamnya.

1. Mesin Cuci

Jaman sekarang semuanya dikerjakan dengan serba otomatis. Hampir di semua rumah sudah menggunakann yang namanya mesin cuci. Dari urusan membeli mesin cuci, suami-lah yang memegang peranan. Dari mulai mencari data-data tentang merk-merk mesin cuci yang handal. Sampai tempat di mana harus membeli mesin cuci dengan harga yang murah namun tidak murahan menjadi andil para suami. Para suami seperti dituntut untuk memiliki pengetahuan yang lebih tentang seluk beluk mesin cuci. Mesin cuci merk apakah yang paling bagus ? Berapa tingkat pemakaian listriknya ? Apakah harus menggunakan yang model otomatis atau cukup dengan semi otomatis ? Berapa budget yang harus dikeluarkan ?

2. Perlukah Menggunakan Jasa Laundry

Kalau suami dan istri sudah bekerja, sedangkan mencari pembantu di jaman sekarang susahnya minta ampun maka urusan mencuci bisa jadi problematika tersendiri. Siapa yang akan mencuci pakaian-pakaian kotor ? Kapan waktu mencuci-nya ? Sampai dengan waktu seterika-nya kapan ? bisa menjadi bahan pemikiran buat suam maupun istri. Maka itu bermunculan-lah jasa-jasa laundry. Mulai di mal-mal sampai di sekitar komplek perumahan kita sudah banyak usaha-usaha laundry yang menawarkan bermacam variasi harga. Nah di sini lah peran suami mulai dirasakan. Biasanya para suami akan sekali lagi dituntut untuk memikirkan beberapa pilihan menyangkut laundry tadi. Apakah benar-benar memerlukan laundry ? Mau laundry yang full mencuci sampai seterika atau cukup laundry seterika saja ? Dimana mau laundry’nya ? Apakah yang agak jauh atau di tetangga dekat rumah ?

3. Upgrade Pengetahuan & Teknologi Masa Kini

Nah kalau yang ini beda lagi. Sebagai seorang suami jaman sekarang, tuntutannya lebih menantang daripada suami jaman dulu. Sekarang para suami dituntut untuk tahu segala hal. Dari mulai cari duit, sampai wawasan pengetahuan yang luas. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan tentang update teknologi-teknologi yang berkaitan dengan rumah tangga, salah satunya mencuci pakaian. Sekarang mencuci pakaian tidak melulu harus menggunakan detergent. Sekarang sudah muncul teknologi baru, mencuci tanpa detergent. Nama teknologi itu adalah washing ball. Sejenis konsentrat yang dibungkus dengan bentuk bola yang mempunyai kemampuan mencuci sampai 1000 x cuci. Lagi-lagi suami dituntut untuk punya kemampuan pengetahuan tentang teknologi tersebut. Istilahnya, para suami harus selalu update dengan perkembangan-perkembangan teknologi, khususnya yang menyangkut urusan rumah tangga.

Kesuksesan Terbesar Saya : Sebuah Nilai dari Kata Maaf 21 April 2011

Posted by arcello in Uncategorized.
4 comments

Kalau berbicara kisah kesuksesan dalam hidup, yang pertama kali terlintas di pikiran saya cuma satu kisah. Tapi jangan buru-buru membayangkan sebuah kisah yang berisikan tentang kegelimangan materi ataupun kemapanan hidup. Kalau sudah bicara masalah materi, terlebih kemapanan hidup, terus terang saya nyerah. Gimana nggak nyerah, lah wong untuk urusan beli rumah saja saya masih ngutang sama bank, gimana mau dibilang mapan.

Maka daripada itu, ijinkanlah saya untuk berbagi satu cerita sederhana tentang salah satu kesuksesan terbesar dalam hidup saya. Kesuksesan seperti apakah itu ? Kesuksesan untuk meminta maaf. Hehehe….mungkin terdengar sepele alias simple banget. Minta maaf kok dianggap sebuah kesuksesan hidup. Bukannya meminta maaf itu sudah seharusnya menjadi bagian dari kehidupan kita masing-masing. Mungkin malah ada juga yang membatin, neh orang barangkali nggak ada yang bisa dibangga’in lagi kalii yaa…, masa’ minta maaf dianggap sebagai kesuksesan.
Meminta maaf di sini bagi saya pribadi adalah sebuah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup. Satu kisah, dimana setelah sekian lama, saya akhirnya bisa mengucapkan sebutir kata maaf yang begitu dalam kepada ibunda tercinta. Bukan sekedar meminta maaf di bibir yang bernada formalitas antara anak dengan orangtua. Bukan pula meminta maaf yang direka-reka karena ada maunya ataupun karena lagi ada acara hari raya Idul Fitri. Tapi meminta maaf yang muncul dari dasar hati yang terdalam, disertai dengan sebuah kesungguhan yang begitu mendalam. Meminta maaf karena betul-betul ingin meminta ampun atas segala kesalahan, kenakalan, kekeras-kepalaan, kebodohan, kebandelan dan kekurang-ajaran dari seorang anak terhadap ibundanya.
Sudah lebih dari 25 tahun saya sering membuat kecewa bahkan tidak jarang membuat ibunda saya menangis akibat kelakuan saya yang begitu tidak masuk akal dan kekanak-kanakan. Momen hari raya Idul Fitri yang merupakan waktu yang sempurna untuk sungkem & meminta maaf ke orang tua, sering saya anggap cuman sekedar pelengkap spirit Minal Aidzin Wal Faidzin saja.
Kesuksesan meminta maaf ini adalah murni karena andil yang begitu luar biasa dari Sang Maha Pencipta. Beliau mengirimkan satu penyakit kepada saya. Satu penyakit yang sering dikenal sebagai penyakitnya anak-anak kost perantauan. Penyakit itu adalah penyakit tifus. Judulnya memang “cuman” tifus, tapi rasa sakitnya sungguh teramat luar biasa. Tubuh benar-benar terasa lemas tak bertenaga, kepala pusingnya minta ampun, perut melilit-lilit, badan kadang panas kadang jadi dingin dan tulang-tulang seperti kompak menjadi ngilu semua. Selama 10 hari dirawat, saya cuman diperbolehkan makan bubur plus teh hangat manis. Rutinitas 80 % saya habiskan di atas tempat tidur. Bebutir-butir obat saya telan setiap 3 kali sehari. Kondisi tubuh makin lama bukannya makin membaik, tapi malah makin memburuk.
Hingga suatu malam Allah memulai proses kesuksesan terbesar saya. Dengan segenap kelemahan hati, dengan segala ketulusan nurani dan dengan semua kepasrahan hidup, saya meminta maaf kepada ibunda tercinta saya. Meminta maaf kali ini terasa sangat berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Kali ini ada satu perasaan luar biasa yang menjalari aliran darah saya. Perasaan yang begitu iklhas dan begitu pasrah untuk meminta ampun kepada ibunda tercinta. Bahkan tak terasa, air mata mengalir begitu deras.
Pagi hari pun datang dengan keindahannya tersendiri. Ajaib…sungguh ajaib, badan saya terasa begitu segar & bersemangat. Untuk pertama kalinya akhirnya saya mulai bisa mengkonsumsi roti tawar. Kondisi tubuh lambat laun makin menunjukkan peningkatan yang positif. Dan setelah dua hari dari proses meminta maaf itu, saya diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Sungguh Maha Besar Kau Ya Allah. Kau hadiahkan kepadaku satu peristiwa maha penting dalam hidupku. Satu peristiwa dimana akhirnya aku bisa mengucapkan kata maaf yang sesungguh-sungguhnya kepada sesosok wanita yang begitu berjasanya dalam kehidupanku. Terima Kasih Ya Allah….terima kasih ibu.

PROACTIVE PROBLEM SOLVER 12 April 2011

Posted by arcello in Uncategorized.
2 comments

Dari bahasanya saja sudah lumayan membuat kening berkerut-kerut. Berkerut karena bingung, sejenis lauk-pauk apakah Proactive Problem Solver itu. Atau malah sudah membuat kesimpulan, kok toko on-line ada tulisan aneh kaya gini sih…nggak nyambung banget.

Hehehe….mohon maaf jika saya sudah membuat prasangka buruk yang teramat kejam tadi. Saya pun yakin kalau judul di atas akan membuat yang membacanya menjadi sedikit penasaran.

Oke…Proactive Problem Solver sebenarnya adalah Judul Program Training yang saya ikuti beberapa hari yang lalu. Tentang apakah itu ? Itu adalah tentang cara untuk menjadi seorang pemimpin yang memiliki pola pikir : selalu berpikir sebelum bertindak atau dengan kata lain mencoba untuk selalu menjadi yang proactive bukan menjadi seorang yang reaktif.

Saya tidak akan menjelaskan detail per detail dari materi training tersebut. Di samping nanti akan terasa sangat membosankan, jujur…..saya juga mungkin sudah lupa tentang materi-materi dari training itu.

Saya cuman menarik satu benang merah dari essensi training itu ke dalam kehidupan saya yang sekarang sudah ber-status sebagai seorang ayah.

Saya sebenarnya tidak begitu peduli dengan isi training itu apakah berguna untuk pekerjaan saya atau tidak. Yang lebih menjadi perhatian utama saya adalah bahwa di dalam training itu banyak saya temui nilai-nilai kehidupan yang seolah-olah seperti menyadarkan saya bahwa saya belum mencapai apa-apa. Ada tiga nilai :

 

1. Penggunaan Otak Kanan & Otak Kiri

Kata Sang Trainer, dari penelitian terakhir didapatkan bahwa rata-rata manusia hanya menggunakan sekitar 0.1 % saja dari kemampuan otak mereka. Whaaattt…!!! Ya…mungkin ada yang sependapat, mungkin banyak juga yang menolaknya mentah-mentah. Saya pribadi melihat, memang otak saya ini baru sekian % saja yang saya gunakan. Skema rutinitas kehidupan saya selama ini adalah bangun tidur, berangkat ke kantor, pulang ke rumah, bercengkerama dengan anak istri terus tidur lagi. Jadi otak saya ini, saat ini, baru bisa memberikan nilai tambah alias added value ke dalam lingkungan kerja, keluarga tercinta dan sedikit sekali ke lingkungan sekitar. Itu pun terasa begitu menguras energi. Dan ternyata saya berkesimpulan kalau itu semua belum ada apa-apanya. Di bandingkan dengan apa ? Dibandingkan dengan, saya ambilkan contoh seorang kolega saya yang berpangkat manager perusahaan besar, menyandang status sebagai istri dan ibu, dan masih bisa mengurusi satu yayasan anak-anak autis yang ia dirikan bersama dengan beberapa temannya. Luar biasa….saya seolah-olah menjadi kecil setiap bertemu dengan ibu yang satu ini. Dan beliau ini tidak pernah mengeluh tentang masalah-masalah yang ia hadapai. Yang ada hanyalah cerita-cerita menarik yang sanggup membuat, bahkan memotivasi saya untuk bisa menjadikan hidup ini lebih berarti. Hidup adalah perjuangan sekaligus petualangan yang akan sangat indah untuk dijalani jika kita iklhas menjalaninya.

 

2. Pilihan Itu Ada di Kita Sendiri

Life is a choise. Berawal dari sebuah buku yang sampai saat ini belum selesai saya baca ( Judulnya : How to Choose , karangan : David Freemantle ), saya mulai menyadari bahwa pilihan-pilihan kecil atau pilihan-pilihan mikro dalam kehidupan sangat menentukan kemana kehidupan kita ini akan berakhir. Pilihan-pilihan sederhana dalam hidup, seperti : ngobrol dengan teman yang kita sukai atau ngobrol dengan teman yang kurang kita sukai, tersenyum saat kita dipaksa me-ngerem mendadak atau memaki-maki sekuat hati, menonton film di HBO atau menonton acara BBC Knowledge, menetapkan rutinitas untuk menelpon orang tua di kampung atau menunggu kalau ada waktu senggang saja, membaca email yang lucu-lucu & menghibur atau membaca email-email pembangkit motivasi, pergi ke mall atau pergi ke toko buku dan masih banyak lagi. Segala sesuatu itu cuman ada 2 sisi yang harus kita pilih. Nah terkandang saya tidak sepenuhnya menggunakan kemampuan otak kanan & otak kiri saya dalam menetukan pilihan-pilihan mikro tadi. Bahkan seringkali saya menggunakan emosi, perasaan dan alam bawah sadar untuk memilih di antara 2 sisi kehidupan saya. Apa efeknya….yaaa…saya merasa sampai saat ini saya itu bukan siapa-siapa.

 

3. Menjadi Orang yang Beruntung

Masih melekat pesan orang tua saya : wong pinter kuwi kalah karo wong bejo ( orang pintar itu kalah dibandingkan dengan orang yang beruntung ) Setuju atau tidak setuju kita kembalikan ke pribadi masing-masing. Saya pribadi akan memilih menjadi orang yang beruntung. Sulitkah ?? Hmmm….saya rasa tidak. Beruntung atau tidak beruntungnya kehidupan kita bukan didasarkan pada nasib, tapi lebih kepada perilaku kita selama kita hidup di dunia ini. Faktor keberuntungan itu mutlak di tangan Yang Maha Kuasa. Kita hanya bisa berusaha keras. Hasil dari usaha kita, semua ditentukan olah Yang Maha Kuasa tadi. Jadi jika kita ingin hasil kita sesuai dengan yang kita inginkan, kita harus jadi orang yang beruntung. Jika kita ingin menjadi orang yang beruntung kita pun harus mampu membuat Yang Maha Kuasa tersenyum bangga kepada kita dan memberikan keberuntungan atau berkah ke dalam kehidupan kita. Intinya adalah jika kita ingin menjadi orang yang beruntung maka kita harus menjadi orang baik.

 

Semoga memberikan manfaat kepada semua yang mau membacanya.

Terima Kasih.

Esensi Silaturahmi Masa Kini Dalam Segenggam Ponsel dan Secarik Pulsa 17 December 2010

Posted by arcello in Uncategorized.
10 comments

Di satu sudut meja, tergeletak sebuah ponsel dalam kondisi low battery. Si ponsel sudah cukup lelah melayani tuannya seharian penuh. Belum sempat si ponsel memejamkan mata, tuannya sudah bersiap mengirimkan SMS lagi.

“ Busyeeet neh si Boy, gw dah mau koit kaya’ gini masih aja ngirim-ngirim SMS “ gerutu si ponsel. Tak peduli dengan gerutuan ponselnya, si Boy langsung mengetikkan sebait SMS yang ditujukan ke pamannya yang berada di seberang pulau.

pmn, mf boy br smpt blas sms nh, maklm sbk, mm udah sls opersi, pp msih otw k jkrt

( artinya : paman, maaf boy baru sempat balas sms neh, maklum sibuk, mama udah selesai operasi, papa masih otw ke Jakarta )

“ Ampuuun neh si Boy, ngirim SMS pakai bahasa alay, mana ngerti tuh orang tua…” lagi-lagi si ponsel menggerutu kesal. (more…)

Menjadi Seorang Super-Dad dengan Internet Sehat 23 November 2010

Posted by arcello in Uncategorized.
Tags:
89 comments

Pada jaman dahulu kala…, saat awal-awal kuliah dan saat pertama kali saya berkenalan dengan mahkluk yang bernama internet, yang tertanam di benak saya kala itu cuman satu kata : mahal. Yaahh….untuk ukuran anak seorang guru yang sedang prihatin menuntut ilmu, ber-internet menjadi aktifitas yang mahal. Lebih baik buat makan atau buat beli baju daripada duit habis buat internet’an. Mungkin seperti itulah pikiran saya tentang internet pada waktu itu. Boro-boro buat beli modem, lah wong mau mengunjungi warnet aja masih berpikir seratus kali.

Beda dulu, beda sekarang. Saat ini ber-internet ria buat saya pribadi adalah aktifitas yang nggak mahal-mahal amat kok, meski jujur butuh keluar duit juga. Harga modem plus kartunya sudah lumayan terjangkau, pun demikian dengan biaya bulanannya. Ongkos warnet sekarang sudah bisa saya kategorikan hemat dan bersahabat. Harus saya akui juga seh, stigma “udah nggak mahal lagi” tadi amat mungkin didukung oleh status saya yang udah berubah menjadi seorang bujangan dengan penghasilan tetap.

Nah…kalau sudah begini, ber-internet’an menjelma menjadi sebuah rutinitas yang mengasyikkan buat saya. Setelah connect dengan internet, yang pertama kali saya lakukan adalah cek email. Kemudian lanjut ke facebook. Lanjut klik you tube buat melihat highlight dan gol-gol dari beberapa pertandingan bola yang nggak sempat saya saksikan di layar tv. Bahkan jujur…se-jujur-jujurnya neh….,tak jarang internet saya gunakan untuk memenuhi dahaga penasaran saya soal sex. Sedangkan mencari berita di detik.com ataupun detiksport.com ada di penghujung acara.

Semua aktifitas internet yang berbau iseng-iseng, cari kesenangan sesaat ataupun buat ngisi waktu seperti di atas, lambat laun bisa saya kikis sedikit demi sedikit. Sebagai seorang ayah yang mencoba menjadi yang terhebat buat anak semata wayangnya, waktu sudah nggak bisa dibuat main-main lagi. Dengan kehadiran istri dan anak, secara naluri-ah internet saya alihkan untuk hal-hal yang bisa membawa manfaat buat keluarga kecil saya. Manfaaat apa saja-kah itu ? Mari kita colek satu per satu :

1. Internet untuk menggali informasi, inspirasi dan imajinasi.

Urusan saya sekarang tidak melulu urusan kantor. Sebagai ayah saya sudah punya tanggung  jawab dengan urusan rumah tangga. Internet ini-lah yang sekarang banyak membantu  urusan rumah tangga saya. Dengan sedikit klik, saya bisa mendapatkan segala macam  infromasi yang saya butuhkan. Mulai dari cara mendidik anak yang baik dan benar, info  dimana bisa mendapatkan alat-alat pendukung rumah tangga yang murah tapi berkualitas,  tips dan trik memilih mainan anak, dan lain sebagainya. Baru-baru ini saya mendapatkan  artikel dari blog seorang sahabat tentang cara mendidik anak ala Nabi Ibrahim A.S. Sungguh  artikel itu sangat menginspirasi buat saya. Dari inspirasi tadi saya pun mempunyai imajinasi akan satu arti keluarga yang sakinah dan selalu mendapat berkah dari Allah SWT. Imajinasi tadi pun akan senantiasa saya olah menjadi tujuan dan misi hidup saya ke depan nantinya. (more…)

Apa Akibatnya Kalo Males Nulis Di Blog Sendiri ? 19 November 2010

Posted by arcello in Uncategorized.
21 comments

Vacuum sementara, terlalu sibuk, nggak ada waktu ataupun apa-lah namanya…., hanya satu kesimpulan : MALES….!! Iya, males atau malas sering disembunyikan di balik kata-kata di awal tadi. Termasuk di dalamnya adalah malesnya saya untuk terus meng-upload tulisan di blog tercinta saya ini…hehehe …jujur.com neh. Males itu suatu sifat yang dimulai dari kata menunda. Dan menunda berawal dari kata akibat. Apa hubungannya coba ? Saya juga sejujurnya agak memaksakan diri untuk mencari hubungan dari kata-kata MALES – MENUNDA – AKIBAT tadi. Hehehe…, tapi biar tulisan saya ini bernilai dan bermanfaat saya akan coba sekeras tenaga untuk tetap memaksakan diri.

MALES – MENUNDA

Kebiasaan males (yang biasa saya alami seh…) fungsinya selalu untuk menunda, terlepas dari alasan lagi sibuk kek, lagi nggak enak badan kek , lagi ada urusan keluarga kek…pokoknya intinya adalah always dan selalu menunda. Menunda dengan beragam alasan, dari alasan yang benar-banar urgent dan darurat, sampai dengan alasan yang hanya dibuat-buat. Kalo sebab dari kemalasan itu adalah karena alasan yang dibuat-buat maka kemalasan saya sangatlah nggak bermutu. (more…)

TERIMA KASIH MALAYSIA 27 May 2010

Posted by arcello in Uncategorized.
28 comments

Malaysia, negara tetangga yang konon katanya masih satu rumpun nenek moyang dengan kita, pernah membuat geram seisi tanah air. Bukan hanya sekali-dua kali, tapi boleh dikatakan telah beberapa kali membuat rakyat Indonesia tersadar bahwa harga diri bangsanya sedang diuji. Mulai dari polemik batas wilayah kesatuan NKRI, masalah TKI yang beritanya kadang membuat miris, sampai pengakuan beberapa warisan budaya negeri kita yang dengan entengnya mereka akui sebagai milik negara DiRaja Malaysia.

Salah satu warisan budaya yang dengan amat keterlaluan mereka klaim adalah batik. Kenapa saya sebut amat keterlaluan ? Bagi saya pribadi, dan semoga ini berlaku juga buat teman-teman sebangsa setanah air, batik itu seperti sudah menjadi kulit tubuh bangsa kita. Dari jaman dulu sampai jamannya para blogger seperti sekarang ini, batik tercipta dan berasal dari negeri kita tercinta Indonesia. Bahkan kata batik berasal dari bahasa Jawa, yang terdiri dari dua kata amba yang berarti menulis dan kata titik. (more…)